Jumat, 24 April 2015

Jelajah Lombok, HOT Tetapi Tidak Pedas (Day-1 --> Taman Narmada dan Senggigi)


Helo, terima kasih yang masih ngikutin ceritaku jalan-jalan ke Lombok day-1. Mohon maaf ya kalo ceritaku terbagi-bagi menjadi beberapa postingan. Biar agan-agan yang baca gak bosen baca  cerita yang terlalu panjang,hehehe

Masih di hari pertamaku di Lombok. Setelah sebelumnya kami mengunjungi desa Sade, Pantai Kuta Lombok dan Tanjung An, kali ini kami melanjutkan plesir ke sebuah taman yang tersohor di Lombok. Taman Narmada, begitulah sebutannya.




Taman Narmada berada di sebelah timur Kota Mataram, tepatnya di Desa Narmada, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Letaknya tepat di seberang Pasar Narmada. Harga tiket masuk untuk menikmati keindahan taman Narmada ini hanya 6 ribu rupiah saja. Taman ini luasnya kurang lebih dua hektare dan memiliki bagian, antara lain: Pura Narmada, Bale Terang, Bale Loji, Telaga Kembar, Telaga Padmawangi, Bale Bancingah, Bale Pamerajan dan beberapa bagian lainnya yang saya sudah lupa.hehehe
Taman Narmada adalah taman air yang merupakan replika Gunung Rinjani dan danau Segara Anak. Taman ini termasuk salah satu tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat Lombok, Taman yang dibangun oleh Raja Anak Agung Gde Ngurah Karang Asem pada tahun 1727 ini bertujuan agar dapat berziarah dan beribadah tanpa harus berjalan ke Puncak Gunung Rinjani.




Tersohornya objek wisata Narmada, salah satunya karena keberadaan Bale Petirtan, di mana di dalamnya terdapat sebuah mata air yang merupakan pertemuan tiga sumber mata air: Suranadi, Lingsar dan Narmada sendiri. Bagi umat Hindu, air ini disakralkan sebagai tirta atau air suci. Pengunjung Narmada mempercayai air suci tersebut sebagai air awet muda.


Bagi pengunjung yang ingin bersembahyang (umat Hindu) di Bale Petirtan, akan dikenakan pembayaran 50 ribu rupiah sebagai ganti uang banten, yang akan disiapkan penjaga. Selanjutnya, dengan berselendang di pinggang, pengunjung akan dipersilahkan memasuki bale untuk menghaturkan bakti. Karena kami muslim, maka kami hanya berfoto di depan gapura bale.hehehe

Cukup melelahkan bila kita mengitari seluruh bagian taman, selain karena luas, jalannya pun mendaki. Namun tak akan terasa bila kita menikmati keindahan alam dan kesegaran udaranya. Walaupun taman tersebut merupakan tempat ibadah umat Hindu, namun di sebelah taman tersebut terdapat musholla untuk sholat orang muslim. Kami pun sholat di musholla tersebut sebelum keluar dari taman Narmada.

Puas menikmati taman Narmada, tepat pukul 16.30 WITA kami pun bertolak dari taman Narmada menuju ke pantai Senggigi untuk menikmati sunset dan jagung bakarnya.
Tak sulit mencari spot yang enak untuk menikmati sunset, karena di sepanjang pantai senggigi banyak sekali pilihan tempat untuk menikmatinya, lengkap dengan penjual jagung yang berjejer di pinggiran. Tak sampai setengah jam perjalanan kami pun tiba dan mendapat spot yang pas. Kenapa pas? Karena selain dapat menikmati sunset dan jagung bakarnya di bibir pantai, kami pun mendapat bonus menikmati keindahan pura yang dibangun tepat di tebing pinggir pantai dekat dengan pantai yang kita kunjungi.

Kalau mampir ke Senggigi jangan khawatir untuk membeli jagung bakar yang dijual di pinggiran pantai, walau nampak kurang meyakinkan namun jangan salah, rasa jagung bakar disini dijamin ciiyamiiik. Lumayan juga buat ganjel perut.hahahaha

Cuma seharga 5 ribu rupiah kita dapat menikmati jagung bakar lengkap dengan tontonan sunset gratis tepat di depan kita duduk ini.


Sang penjual jagung memang sudah menyeting sedemikian rupa sehingga membuat pengunjung yang datang merasa ingin membeli jagung bakarnya. Karena seluruh penjual jagung disana yang mayoritas ibu-ibu sudah menyiapkan tikar yang dijejer sepanjang bibir pantai tepat di depan sang surya menenggelamkan dirinya. Menikmati suatu keindahan alam memang merupakan momen dimana diri kita merasa nyaman dan tenang. Apalagi jika ditemani oleh orang-orang tersayang. Sudah barang tentu menambah kebahagiaan tersendiri. See you next time pantai Senggigi, i'll be sick for Jagung Bakar :')





Sang surya pun telah menanggalkan cahayanya, orang-orang yang tadi menemani kami satu per satu telah meninggalkan pantai, begitupun kami.

Karena hari sudah gelap, kami pun menuju ke kota Mataram. Selain kepengen tau bagaimana suasana kota Mataram, lokasi hotel tempat kita menginap malam ini juga berada disana. Di itinerary yang saya buat sebenernya mau mampir dulu ke toko oleh-oleh yang bernama toko Phoenix. Karena di blog rekan-rekan banyak sekali yang mereferensikan toko Phoenix sebagai tempat untuk membeli oleh-oleh. Selain lengkap harganya pun (katanya) murah. Namun sayang seribu sayang, kata pak Sahnan kalau malam toko Phoenix sudah tutup. Katanya sih jam bukanya hanya sampai jam 17.00 WITA aja. Akhirnya kami meminta saran ke pak Sahnan dimana tempat untuk membeli oleh-oleh yang oke. Dari sekian banyak toko oleh-oleh yang disebutkan, kami putuskan memilih toko lestari karena searah dengan jalan yang kita lewati untuk membeli makan dan ke hotel.
 Toko Lestari berada di jalan Adi Sucipto Tinggar, Ampenan, Mataram. Tokonya tak sebesar yang ada dibayanganku, karena yang dijual hanya oleh-oleh makanan khas lombok saja. Tak ada barang/cinderamata yang dijual disana, hanya khusus makanan. Namun cukup ramai pengunjung selain karena harganya yang relatif murah, pilihan makanannya lebih bervariasi jadi lebih banyak pilihan.





Ada berbagai macam oleh-oleh makanan khas Lombok yang dapat dibawa pulang, namun yang paling banyak adalah dodol. Ada beberapa jenis dodol disana, namun yang paling khas Lombok adalah dodol rumput lautnya. Tak usah ragu apakah rasanya enak atau tidak, karena seluruh pengunjung disana boleh mencicipi rasa makanan yang ditawarkan. Di dekat makanan yang dijual dalam rak, terdapat tester yang telah dipotong kecil-kecil yang dapat dicoba. So, kita bisa menyesuaikan dengan lidah kita makanan tersebut patut dibeli atau tidak. Kami pun cukup lama mengitari toko tersebut, karena mencicipi keseluruhan makanannya. Dan semuanya lumayan enak-enak. hahahahaha

Setelah puas belanja oleh-oleh makanan, kami pun ingin menikmati makanan khasnya Lombok. Dari berbagai rekomendasi tempat makan di Mataram yang saya baca jauh-jauh hari, kebanyakan merekomendasikan Lesehan Taliwang Irama yang berada di Jalan Ade Irma Suryani 10, Cakranegara, Mataram. Dan kami pun meluncur kesana.

Karena yang terkenal disini adalah ayam taliwang, saya pun memesan Ayam Goreng Taliwang ditambah dengan plecingan dan beberuk terong. Mantaappsss kenyangnya...


Setelah kenyang, kami pun menuju ke hotel. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WITA dan agar stamina on fire untuk hari esok. Karena hotel kami masih di kawasan cakranegara, maka tak sampai 5 menit kami tiba di hotel yang telah saya pesan satu minggu sebelum berangkat. Setibanya di hotel kami pun baru sadar bahwa hotel yang saya pesan lokasinya tepat bersebelahan dengan mall Mataram. Karena mallnya masih terlihat buka, kami pun mencoba mampir sebentar melihat mall satu-satunya yang ada di Mataram tersebut. Mall tersebut sudah mulai sepi pengunjung karena memang sudah malam dan mau tutup.Tak sampai 15 menit kami memutari seluruh isi mall, karena mallnya memang kecil.



Setelah selesai kami pun kembali ke hotel. Hotel yang kami pesan bernama Hotel Palapa yang berada di Jalan Palapa I, Mataram. Harga per malamnya 250rb untuk kamar type standar AC kamar mandi dalam. Kamarnya bersih dan nyaman. Untuk harga segitu sangatlah murah sekali, kualitasnya tidak murahan. Recomended banget deh bagi  yang mau menginap di kota Mataram.


Oya, sebelum kami masuk hotel, kami pun harus berpisah dan berpamitan dengan pak Sahnan driver kami yang menemani di hari pertama kami berada di Lombok. Terima kasih pak, semoga dilain kesempatan kita dapat berjumpa kembali. ZZzzzZzzZzzZzZz

Mau tau ceritaku di Gili Trawangan? Cooming soon yaa...


Kamis, 23 April 2015

Jelajah Lombok, HOT Tetapi Tidak Pedas (Day-1 --> Pantai Kuta dan Tanjung An)


Masih penasaran ya sama tripku hari pertama di Lombok ini?hehehehe :P
Baru sadar lo kalo tulisanku di hari pertama dan masih di desa Sade aja udh satu postingan sendiri (karena baru pertama nulis sih). Jadi nantinya ceritaku selama di Lombok akan aku bagi menjadi beberapa postingan.
Yuk ceketot lanjutannya.....

Masih di hari yang sama tanggal 17 April 2015 setelah kami berkunjung ke desa wisata Sade, kami pun bergegas melanjutkan perjalanan karena waktu yang terbatas. Mengingat hari itu hari jumat, kami pun pukul 12.00 WITA bergegas meninggalkan desa Sade menuju arah pantai Kuta Lombok. Sembari ke arah pantai kami dicarikan Masjid untuk sholat Jum'at oleh Pak Sahnan (driver kami). Kebetulan beliau juga seorang muslim. Kalau kata pak Sahnan sih hampir 90% penduduknya beragama islam. Bila dilihat secara budaya dan lingkungannya Lombok memang hampir mirip seperti Bali, yang mayoritas penduduknya beragama Hindu.  Yang bikin nilai tambah kenapa aku suka travelling di Lombok ya karena sebagian besar penduduk Lombok menganut agama islam. Jadi untuk cari makan maupun beribadah tidak merasa kesulitan. Seperti halnya kali ini kita akan melaksanakan sholat Jum'at. Tak sampai 10 menit perjalanan dari desa Sade kami menemukan Masjid besar. Kalau gak salah nama Masjidnya Baitul Rahim yang berada di Jalan Kuta Lombok.

O ya, bagi yang belum menyimak kunjunganku sebelumnya di desa Sade, bisa dilihat disini http://sijiteloe.blogspot.com/2015/04/jelajah-lombok-hot-tetapi-tidak-pedas.html

Setelah kami selesai sholat Jumat, kami melanjutkan perjalanan menuju pantai Kuta Lombok. Saking hebringnya diri kami, kami pun lupa untuk makan siang. Sebenernya udah ada sih itinerary untuk kuliner makanan khas Lombok yang kepengen banget kami coba. Namun sayang, kata Pak Sahnan kalau kuliner-kuliner tersebut di lokasi kami berada itu tidak ada yang recomended (katanya). Tak apalah, masih ada nanti malam dan esok hari dan esok lusa dan kapan-kapan lagi kalau kesini.hahahahahaha

Setelah perjalanan kurang lebih 10 menit kami ditawarkan makan di warung tegal oleh pak Sahnan. Ohmeeennn... di Surabaya hampir tiap hari aku makan di warung tegal, masak jauh-jauh ke Lombok makannya di warung tegal (pikirku,hahahaha). Namun karena memang jalanan menuju pantai Kuta Lombok menyusuri pepohonan rindang dan jarang adanya warung disana, maka tak apalah kami makan di warung pilihan pak Sahnan tersebut. Pilih makan sepuasnya, kami berempat pun hanya habis 49rb rupiah saja. Lumayan lah, kalau rasanya dimana-mana warung tegal ya sama enaknya. hehehehe

Teriknya matahari tak menyurutkan semangat kami (eh yang bener? :P) untuk menuju pantai Kuta Lombok. Sekitar pukul 13.30 WITA kami tiba di Pantai Kuta Lombok. Kesan pertama yang saya rasakan disana adalah HOT (katanya tak menyurutkan semangat?). Panasnya memang luar biasa saat itu ketika turun dari mobil. Namun setelah mendekati bibir pantai, ajiiiiiiiib mata dan seluruh jadi adem. hahahaha keren euy...


Pantai Kuta disini secara lingkungan memang beda sama pantai Kuta yang ada di Bali. Kalau di Bali, di sekitar pantai banyak sekali berjejer hotel-hotel hingga Mall mewah. Kalau pantai Kuta di Lombok, asli masih perawan. Masih jarang hotel apalagi mall disana. Namun bukan berarti tak ada hotel, di sekitar ada beberapa pilihan penginapan.





Tak lama kami berada di pantai Kuta, hanya mengambil beberapa foto lalu cauwww. Karena kami memang bukan bule-bule berkulit putih yang haus akan sinar matahari, kami pun melanjutkan perjalanan. Eh, bukan melanjutkan perjalanan, pindah tempat lebih tepatnya.

Keindahan alam bukan hanya dimiliki oleh pantai Kuta saja, di sekitar pantai Kuta atau sekitar 2 km disebelah timur pantai Kuta terdapat tanjung yang tak kalah indahnya. Setibanya disana kami terpana akan keindahannya, pasirnya yang putih, air lautnya yang biru jernih disertai garis pantai yang memanjang membuat kami terdiam sejenak duduk di gubuk yang berada di pinggir pantai menikmati keindahan Yang Maha Esa.


Setelah puas memandang dari pinggir pantai, kami pun menikmati pesonanya dengan bermain-main dibibir pantai sambil berfoto. Tempat ini masih sepi sekali, jarang ada wisatawan yang mampir kesini. Padahal rugi deh kalau ke pantai Kuta Lombok kagak mampir kesini. Pada saat kami berfoto ada seorang bapak-bapak menawarkan kami ke suatu tempat yang bernama Batu Payung. Pikiranku langsung tertuju pada iklan rokok yang biasanya tayang menjelang aku tidur. Setelah liat iklannya aku cari di mbah google, seingatku namanya Batu Payung. Yappp.. rupanya benar, bapak itu bilang disana merupakan tempat shooting iklan rokok dunhill. Tak disangka, tak diyana, tak diduga (eaaa, mulai alay), ternyata tempat itu ada di Lombok dan berada tepat di depanku. Bukan tepat sih, tapi berada di depanku, jauuuh. Oleh bapak itu kami ditawarkan menyeberangi samudera hindia untuk melihat keindahan Batu Payung. Namun salah satu teman aku yang bernama Hamdan, mengurungkan niat. Selain karena ngeri akan ombaknya laut selatan, biaya untuk bisa nyebrang kesana juga tak murah, 450 ribu meeeennn. Akhirnya ya next time aja deh, semoga kita bisa bertemu Batu Payung dilain kesempatan.




Setelah puas berpanas-panas ria, kami pun memutuskan untuk meyudahi kunjungan kami di tanjung An. Walaupun di itinerary, waktu kami masih sekitar sejam. Namun dari pada ada itinerary yang terlewatkan, mending lanjut aja.hehehe

Pada saat kami akan menuju mobil ada turis balita yang berumur sekitar 3 tahunan. Lucu sekali. Bergegaslah kami untuk mengajaknya berfoto tanpa sepengetahuan orang tuanya. Dia pintar sekali diajak bergaya. Bukan kita yang mengajari dia, justru dia yang mengajari kita sembari mengucap, "ciiiiiiissssss" dengan senyumnya yang lebar. Namun sialnya giliran aku mau foto dengannya, dia berkata "My Mommy is calling me". Tak hanya sekali, ia mengucapkannya berkali-kali. Karena memang dari kejauhan ibunya terlihat memanggil seorang yang sedang kami ajak foto tersebut. Yeaah... memang belum rejekiku lagi, hehehehe




Kami pun melanjutkan perjalanan dimana tujuan kami selanjutnya adalah Taman Narmada. Kira-kira perjalanan memakan waktu kurang lebih 1 jam. Kami rencakan untuk tidur diperjalanan nanti. Namun sayang, cerita pak Sahnan membuat kami mengurungkan niat untuk tidur.hahahaha

Perjalanan dari tanjung An ke taman Narmada tentulah akan melewati pantai Kuta lagi, disitulah pak Sahnan mulai bercerita mengenai legenda Putri Nyale. Legenda ini sangatlah terkenal seantero warga Lombok katanya. Singkat certita, diceritakan bahwa Putri Nyale yang dulunya bernama Putri Narmada merupakan putri seorang Raja di Lombok bernama Raja Tonjang Beru yang sangat dihormati dan disegani oleh warganya. Namun ada keanehan pada diri sang Putri Narmada, bahwa setiap pangeran yang datang melamarnya selalu diterimanya. Sehingga suatu hari menimbulkan rencana peperangan antar pangeran, siapa yang menang dialah yang berhak mempersunting sang Putri Narmada.Karena ayah sang putri mendengar kabar tersebut dan telah didengar juga oleh sang Putri, lalu sang Putri bertapa sehari semalam dan telah menerima wangsit tanpa sepengetahuan siapa pun termasuk ayah dan ibunya. Suatu hari sang Putri mengumpulkan seluruh warga dan Pangeran yang melamarnya untuk mengumumkan keputusannya. Setelah warga dan para pangeran berkumpul sang putri berdiri di ujung tebing yang membelakangi lautan lepas dan berkata bahwa ia mendapat wangsit bahwa dirinya ditakdirkan untuk semua manusia, bahwa ia ditakdirkan menjadi Nyale yang dapat dinikmati seluruh manusia pada tanggal dan bulan saat munculnya Nyale di permukaan laut. Sang Putri tidak dapat menerima seorang pangeran untuk menjadi suaminya. Hingga akhirnya ia menceburkan diri ke lautan. Dan pada saat itu jasad sang Putri tidak dapat ditemukan, namun di sekitar laut tersebut banyak sekali Nyale (semacam cacing laut) yang bermunculan dengan warna indahnya. Konon seluruh warga yang hadir percaya bahwa Nyale (cacing) tersebut merupakan jelmaan dari sang Putri. Dari situlah dikenal dengan legenda Putri Nyale. Bahkan hingga kini masyarakat masih mengagungkan legenda tersebut. Ini terbukti bahwa setiap tanggal 20, bulan 10 penanggalan sasak atau sekitar bulan februari penanggalan masehi, diperingati pesta rakyat Bau Nyale. Pesta rakyat Bau Nyale sendiri merupakan sebuah upacara tradisional yang sangat sakral bagi masyarakat suku Sasak khususnya di Kabupaten lombok tengah. Kalau kepengen liat acara tersebut, datanglah pada bulan februari dan cari informasi kapan tepatnya acara tersebut berlangsung.

Setelah cerita panjang lebar, tak terasa kami pun sampai di taman Narmada. Mau tau ceritaku di taman Narmada? Cooming soon yee.... : P

Rabu, 22 April 2015

Jelajah Lombok, HOT Tetapi Tidak Pedas (Day-1 -->Desa Sade)

Ini merupakan tulisan keduaku setelah perkenalanku di blog baruku ini. Bersyukur sekali rasanya aku bisa punya blog, walaupun gratisan sih.Hehehe

Sekedar berbagi informasi bagi yang membutuhkan dan ingin corat-coret aja sih di waktu luang. Walaupun sebenernya kagak bisa nulis sama sekali.hehhe

Kali ini aku mau berbagi cerita nih liburanku ke Lombok minggu kemarin. Bukan liburan sih, libur weekend lebih tepatnya.Karena aku adalah sang pemburu tiket promoan, jadi waktunya liburan ya sewaktu-waktu. Asal ada tiket murah aja, berangkaaaattt hahhaahha

Seperti halnya liburanku ke Lombok kali ini. Berawal dari dapat tiket promoan dari maskapai penerbangan tercinta, AirAsia, pada bulan November 2014 lalu. Saya mengajak 1 sahabat dan 1 kakak terbaik saya. Waktu itu saya hanya membayar uang tiket untuk 3 orang PP Surabaya - Lombok sebesar Rp. 1.345.800. Kalau dibagi 3 tinggal 448.600. Murah bukan?  Kami berangkat pada tanggal 17 April 2015 (jauh bener yak tanggal beli sama tanggal berangkat, hahhaa). Sebenernya kami pesan untuk keberangkatan tanggal 16 April 2015, entah karena apa seminggu sebelum kami berangkat AirAsia mereschedule jadwal kami. Ya begitulah resiko tiket promoan. Padahal kami sudah menyiapkan segala sesuatunya. Termasuk booking penginapan di Lombok untuk 2 malam. huhuhuhu
Mungkin Tuhan berkehendak lain, akhirnya kami berangkat tanggal 17 April 2015. Bersyukur sih, selain kami berangkat di weekend session, aku juga seneng karena aku hanya cuti 1 hari aja di hari Jumat. Kalau berangkat tanggal 17 April 2015 kan aku harus cuti 2 hari di hari kamis dan jumat.hehehe

Kami berangkat dari bandara Juanda terminal 2 pada pukul 08.50 WIB. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 55 menit. Karena perbedaan waktu antara Indonesia Bagian Barat dan Tengah, kami tiba di Bandara International Lombok (BIL) pada pukul 10.45 WITA.


Setibanya di Lombok, kami disusul oleh Bapak Sahnan. Beliau merupakan driver mobil sewaan kami. Beliau begitu ramah dan informatif sekali. Sebagai informasi, kami menyewa mobil disana untuk 12 jam seharga 450 ribu yang sudah kami pesan 2 minggu sebelum kami berangkat di http://www.lomboktrans.com/ . Harga tersebut sudah termasuk BBM dan driver. Recomended dehhh...

Sesuai itinerary ke Lombok yang sudah saya susun jauh hari, tujuan pertama kami adalah ke dusun Sade.
Dusun Sade terletak di kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah, berjarak tidak jauh dari Bandara International Lombok (BIL). Kira-kira 20 menit kami sampai di lokasi. Taraaaa... welcome to Sasak Vilage SADE, Rembitan - Lombok...



Dusun ini berada di tepi jalan raya Praya-Kuta. Tentu tidak akan sulit menemukannya karena terdapat papan besar penunjuk tempat. Selain adanya penunjuk, corak dusun yang begitu unik membuat tempat ini amat mudah dikenali. Di depan pintu masuk desa Sade tersebut terdapat parkiran yang luas. Di parkiran tersebut juga sudah banyak bersiap para tour guide lokal asli penduduk desa Sade dengan pakaian khasnya. Ketika turun dari mobil kami segera disambut hangat oleh salah seorang tour guidenya, namanya Pak Budi.Sebelum masuk kami diharuskan mengisi buku tamu. Tidak ada tarif tiket untuk masuk desa yang konon menjadi desa wisata tersebut. Namun disebelah meja registrasi tersebut terdapat kotak untuk kita isi seikhlasnya. Kata Pak Sahnan driver kami bilang isi aja 5 ribu pada saat berbincang di mobil tadi. Kami mengisi kotak tersebut 10 ribu rupiah. Sembari kami registrasi, kami dijelaskan asal-usul desa Sade dan sebagainya oleh pak Budi. Panjaaaaang banget ceritanya, sampek bingung ini mau menceritakan karena udah lupa. whehehehe



Desa Sade ini sangatlah menarik, corak pertama yang menarik adalah konstruksi rumahnya. Rumah-rumah masyarakat dusun ini terbuat dari bambu yang kadang dikombinasi dengan kayu. Atapnya menggunakan ijuk jerami. Interior rumahnya unik terdiri dari 2 ruang yakni ruang bagian depan dan bagian belakang yang tingginya lebih tinggi 2 anak tangga. Untuk memasuki ruang dalam Anda harus melewati pintu kayu berukuran kecil dan berbentuk oval. Sekilas seperti pintu pada Iglo, rumah milik orang eskimo. Lantai yang digunakan masih berupa tanah yang telah menyerupai batu padas alami yang dibentuk sedemikian rupa hingga menjadi lantai

Ada satu kebiasaan unik yang hanya dimiliki masyarakat Dusun Sade yaitu tradisi bersih rumah khususnya mengepel lantai. Yang membuat unik dan membuat kami tercengang adalah bahan yang digunakan untuk mengepel lantai tersebut. Bukan sabun lantai atau sebagaianya. Apa itu bahan pembersihnya?

Mereka membersihkan rumah menggunakan kotoran sapi atau kerbau yang dicampur air. Lantai dan dinding rumah yang dibaluri kotoran sapi dipercaya dapat mengusir lalat dan menjadikan lantai mengkilap. Memang ketika kaki menginjak lantai, ubin terasa licin muncul rasa dingin menyentuh telapak kaki. Kaki pun tidak merasakan adanya buliran kesat layaknya serpihan pasir lembut.



Selain kotoran sapi dapat menyerap debu dan menjadikan lantai mengkilap, kotoran sapi dapat mendinginkan rumah pada musim kemarau serta menghangatkan rumah pada musim penghujan. Biasanya tradisi membersihkan lantai dan dinding rumah dilakukan oleh kaum perempuan yang sudah berkeluarga.
Setidaknya sebulan sekali mereka membersihkan lantai dengan kotoran sapi atau kerbau. Selain untuk mengepel lantai, kotoran sapi atau kerbau dipakai untuk bahan campuran membuat lantai rumah adat. Dengan adanya campuran sisa buangan kotoran hewan, lantai rumah menjadi kuat dan tidak mudah retak.
Karena kotoran kerbau atau sapi tidak bisa bersenyawa dengan tanah liat yang ada di dusun ini maka materi campuran ini berfungsi juga sebagai zat perekat. Lantai rumah juga tidak menjadi lembab. Inilah bentuk kearifan lokal yang terus bertahan di tengah perubahan zaman yang modern ini.


Masyarakat Sade masih mempertahankan arsitektur dan tata ruang dengan makna filosofis dan nilai estetika yang jelas turun temurun dilakukan penduduk dusun ini. Di desa ini rumah adat lazim disebut Bale Ratih. Selain rumah, masyarakat dusun ini juga membangun lumbung padi yang sangat khas. Bagian bawah lumbung terdapat bale-bale tempat bercengkerama warga.



Suku sasak adalah suku asli Lombok yang menganut agama Islam Wektu Telu yakni Islam yang memiliki unsur-unsur Hindu Budha. Selain umat Muslim, dusun ini juga dihuni kelompok minoritas Bodha. Penganut Bodha masih mempercayai animisme berpadu dengan Buddhisme. Masyarakat dusun Sade memang menolak modernisasi. Mereka nyaman hidup dengan cara mereka sendiri. Oleh karenanya, tak heran jika kehidupan tradisional masih sangat kental disini. Wanita dusun Sade bermata pencaharian sebagai penenun. Mereka mampu menghasilkan tenun ikat yang indah khas Lombok yang dipasarkan di Art Shop maupun di depan rumah mereka masing-masing. Semua wanita disana menjual hasil tenunan ataupun hasil kerajinan mereka masing-masing. Termasuk anak-anak.

Ketika kami melewati salah satu rumah tersebut ada seorang anak kecil yang menawarkan gelang buatannya, "mari kak gelangnya, sepuluh ribu tiga", ucapnya dengan lantang. Melihat gelangnya unyu-unyu kayak aku (hehehhe), aku pun jawab " Sepuluh ribu empat deh adek cantik".
"Tidak dapat kakak, ini buatnya sulit....", katanya panjang lebar. Setelah negosiasi lama akhirnya dapet deh 4 buah gelang unyu-unyu itu dengan harga 10 rb rupiah aja. Gelangnya terbuat dari potongan kayu-kayu kecil seukuran biji jagung yang telah diukir khas ukiran lombok. Kalau kesana patut beli deh, itung-itung buat tambahan jajan adek-adek disana (gimana mau jajan, harga 10rb aja masih ditawar,hahahaha).

Warga-warga disana sangatlah ramah, mulai anak-anak hingga orang dewasa. Terbukti ketika kami mampir di salah satu stand rumah warga terdapat ibu-ibu yang menawarkan kain tenun hasil tenunannya dengan ramah. Bahkan si ibu menawarkan kami untuk mencoba menenun. Tak pikir panjang, saya pun segera mencobanya. Dengan telatennya si ibu mengajariku cara menenun. Ternyata sulitnyaaaa....



Wajar deh kalo harganya mahal. Satu kain tersebut dibuatnya selama kurang lebih 2 minggu, itupun kalau dikerjakan setiap hari dan dengan kerja keras. Kalau dikerjakan dengan biasa, bisa memakan waktu hingga 2 bulan. Satu kain dengan ukuran 2 x 1 m mereka tawarkan dengan harga 200rb, itupun masih bisa ditawar katanya. Entahlah itu murah atau mahal. Silahkan analisa sendiri, hehehehehe

Setelah mengitari sebagian desa dan memahami sebagian culture unik desa Sade tersebut, kami pun berpamitan dengan Pak Budi. Sebenernya masih pengen mengitari seluruh isi desa serta memahami seluruh budaya arif yang masih belum kami lihat.Semoga next time kita bisa bertemu kembali yaa....
Keep Save ur Culture, Keep Smile for All....

Thanks desa Sade :)

Setelah menjamah keunikan desa Sade, kami berlanjut ke.......http://sijiteloe.blogspot.com/2015/04/jelajah-lombok-hot-tetapi-tidak-pedas_23.html



Selasa, 21 April 2015

Assalamualaikum Saudara

Halo saudaraku dimanapun kalian berada..

Ini merupakan tulisan pertamaku di blog pertamaku.hehehhe
Emang udah lama sih kepengen punya blog sendiri. Seringnya travelling dan selalu membutuhkan mbah google yang diteruskan ke blognya manusia-manusia kreatif bikin aku envy sama mereka. Segala sesuatu yang aku butuhkan ada di blog mereka. Dari dasar itulah aku iseng-iseng cari info gimana bikin blog. Taraaaa... beginilah sederhanaya blog dan tulisan pertamaku. hehehhe

Salam kenal semua :)